Sertifikasibenihbertujuanuntukmemeliharakemurniandanmutubenihdarivarietasunggulsertamennyediakanscarakontiyukepadapetani.Sertivikasibenihdimaksutsebagaipelayananterhadapprodusen,
penangkarbenihdanpedagangbenih.
Sutu varietasdapatdisertifikasibilatelahdianjurkanoleh
team
penilaiandanpelepasvarietasdariBadanNasionaldandisetujuiolehmenteri.Benihbinaadalahjenistanaman
yang benihnyasudahditetapkanuntukdiaturdandiawasidalampemasaranyaberdasarkanperaturan
yang berlaku.
Ada 4 macamsertifikasibenihyaitusebagaiuberikut.
1. Benihpenjenis (Breeder seed) :adalahbenih yang
diproduksidandibawahpengawasanpemuliatanamanatauinstansinyadanharusmerupakanperbanyakanbenihdasar
2. Benihdasar (Foundation seed) :adalahketurunanpertamadaribenihpenjenisataubenihteras,
yang diproduksidibawahbimbingan yang
intensifdanpengawasanketatsehinggakemurnianvarietas yang tinggidapatdipelihara.
BenihdasardiproduksiolehLemnbagaPusatPenelitianPertanian (LP3) cabangsukamadi
3.BenihPokok (Stock seed) :adalahketurunandaribenihdasar
yang diproduksidandipeliharasedemikianrupasehinggaidentitasdankemurnianvarietas
yang ditetapkandapatdipeliharadanmemenuhistandartmutu yang
telahditetapkandandisertifikasisebagaibenihpokokolehDinasPengawasandanSertifikasiBenih.
4. Benihdasar (Extention seed)
:adalahketurunandaribenihpokok yang
dapatdisenarluaskanpadaparapetanipenangkarbenihdibawahpengawasandinaspertanian.
Selasa, 19 Maret 2013
PENGENDALIAN GULMA
Ø
PENGENDALIAN GULMA
Pengertian
dari pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan
(eradication). Pengendalian gulma (weed control) dapat didefinisikan sebagai
proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat
dibudidayakan secara produktif dan efisien.
Dalam
pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh seluruh gulma, melainkan
cukup menekan pertumbuhan dan atau mengurangi populasinya sampai pada tingkat
dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang
diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha ataupun
biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan
populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomik
atau tidak melampaui ambang ekonomik (economic threshold), sehingga sama sekali
tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol.
Sedangkan
pemberantasan merupakan usaha mematikan seluruh gulma yang ada baik yang sedang
tumbuh maupun alat-alat reproduksinya, sehingga populasi gulma sedapat mungkin
ditekan sampai nol. Pemberantasan gulma mungkin baik bila dilakukan pada areal
yang sempit dan tidak miring, sebab pada areal yang luas cara ini merupakan
sesuatu yang mahal dan pada tanah miring kemungkinan besar menimbulkan erosi. Eradikasi
pada umumnya hanya dilakukan terhadap gulma-gulma yang sangat merugikan dan
pada tempat-tempat tertentu.
Pengendalian
gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan
melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian
rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara
berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok.
Pelaksanaan
pengendalian gulma hendaknya didasari dengan pengetahuan yang cukup mengenai
gulma yang bersangkutan. Apakah gulma tersebut bersiklus hidup annual, biennial
ataupun perennial, bagaimana berkembang biaknya, bagaimana sistem
penyebarannya, bagaimana dapat beradaptasi dengan lingkungan dan dimana saja
distribusinya, bagaimana bereaksi terhadap perubahan lingkungan dan bagaimana
tanggapannya terhadap perlakuan-perlakuan tertentu termasuk penggunaan zat–zat
kimia berupa herbisida.
Pengendalian
gulma harus memperhatikan teknik pelaksanannya di lapangan (faktor teknis),
biaya yang diperlukan (faktor ekonomis) dan kemungkinan dampak negatif yang
ditimbulkannya.
Terdapat
beberapa metode/cara pengendalian gulma yang dapat dipraktekkan di lapangan.
Sebelum melakukan tindakan pengendalian gulma sangat penting mengetahui
cara-cara pengendalian guna memilih cara yang paling tepat untuk suatu jenis
tanaman budidaya dan gulma yang tumbuh disuatu daerah.
Teknik
pengendalian yang tersedia adalah :
1.
Pengendalian dengan upaya preventif (pembuatan peraturan/perundangan,
karantina, sanitasi dan peniadaan sumber invasi). Untuk lebih jelasnya
2.
Pengendalian secara mekanis/fisik (pengerjaan tanah, penyiangan, pencabutan,
pembabatan, penggenangan dan pembakaran). Untuk lebih jelasnya
3.
Pengendalian secara kultur–teknis (penggunaan jenis unggul terhadap gulma,
pemilihan saat tanam, cara tanam-perapatan jarak tanam/heavy seeding, tanaman
sela, rotasi tanaman dan penggunaan mulsa). Untuk lebih jelasnya
4.
Pengendalian secara hayati (pengadaan musuh alami, manipulasi musuh alami dan
pengolahan musuh alami yang ada disuatu daerah). Untuk lebih jelasnya
5.
Pengendalian secara kimiawi (herbisida dengan berbagai formulasi, surfaktan,
alat aflikasi dsb). Untuk lebih jelas nya
6.
Pengendalian dengan upaya memamfaatkannya (untuk berbagai keperluan seperti
sayur, bumbu, bahan obat, penyegar, bahan kertas/karton, biogas pupuk, bahan
kerajinan dan makanan ternak).
Ø ENGENDALIAN SECARA PREVENTIF
Tindakan paling dini dalam upaya menghindari kerugian
akibat invasi gulma adalah pencegahan (preventif). Pencegahan dimaksud untuk
mengurangi pertumbuhan gulma agar usaha pengendalian sedapat mungkin dikurangi
atau ditiadakan.
Pencegahan sebenarnya merupakan langkah yang paling
tepat karena kerugian yang sesungguhnya pada tanaman budidaya belum terjadi.
Pencegahan biasanya lebih murah, namun demikian tidak selalu lebih mudah.
Pengetahuan tentang cara-cara penyebaran gulma sangat penting jika hendak
melakukan dengan tepat.
A. Peniadaan Sumber Invasi dan Sanitasi
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk
meniadakan sumber invasi adalah :
- Menggunakan biji tanaman yang bersih dan tidak tercampur biji lain terutama biji-biji gulma.
- Menghindari penggunaan pupuk kandang yang belum matang.
- Membersihkan tanah-tanah yang berasal dari tempat lain, tubuh dan kaki ternak dari biji-biji gulma.
- Mencegah pengangkutan tanaman beserta tanahnya dari tempat-tempat lain, karena pada bongkahan tanah tersebut kemungkinan mengandung biji-biji gulma.
- Pembersihan gulma dipinggir-pinggir sungai dan saluran air.
- Menyaring air pengairan agar tidak membawa biji-biji gulma ke petak-petak pertanaman yang diairi.
B. Karantina Tumbuhan
Karantina tumbuhan bertujuan mencegah masuknya
organisme pengganggu tumbuhan lewat perantaraan lalu-lintas/perdagangan.
Karantina tumbuhan merupakan cara pengendalian tidak langsung dan relatif
paling murah
Ø
PENGENDALIAN MEKANIS
Pengendalian
mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak
bagian-bagian sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat.
Teknik pengendalian mekanis hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik.
Dalam praktek dilakukan secara tradisional dengan tangan, dengan alat sederhana
sampai penggunaan alat berat yang lebih modern.
Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih peralatan untuk digunakan dalam
pengendalian gulma adalah sistem perakaran, umur tanaman, kedalaman dan
penyebaran sistem perakaran, umur dan luas infestasi, tipe tanah, topografi,
serta kondisi cuaca/iklim.
A.
Pengolahan Tanah (Land Preparation)
Pengolahan
tanah dengan alat-alat seperti cangkul, bajak, garu, traktor dan sebagainya,
pada umumnya berfungsi untuk mengendalikan gulma.
Pengolahan
tanah pada prinsipnya melepaskan ikatan antara gulma dengan media tempat
tumbuhnya. Efektivitas pengolahan tanah dalam pengendalian gulma tergantung
beberapa faktor seperti siklus hidup gulma dan tanamannya, dalam dan penyebaran
perakaran, lama dan luasnya infestasi, macam tanaman yang dibudidayakan, jenis
tanah, topografi dan iklim.
B.
Penyiangan (Weeding)
Penyiangan
yang tepat biasanya dilakukan pada saat pertumbuhan aktif dari gulma. Penundaan
sampai gulma berbunga mungkin tak hanya gagal membongkar akar gulma secara
maksimum, tetapi juga gagal mencegah tumbuhnya biji-biji gulma yang viabel
sehingga memberi kesempatan untuk perkembangbiakan dan penyebarannya.
Penyiangan
sesudah gulma dewasa akan banyak membongkar akar tanaman dan menimbulkan
kerusakan fisik. Sedang penyiangan yang terlalu sering akan menimbulkan
kerusakan akar tanaman pokok
C.
Pencabutan (Hand Pulling)
Pencabutan
dengan tangan ditujukan untuk gulma annual dan biennial. Pelaksanaan pencabutan
gulma terbaik adalah pada saat sebelum pembentukan biji, sedang pencabutan pada
saat gulma sudah dewasa mengakibatkan kemungkinan adanya bagian bawah gulma
yang tidak tercabut sehingga tumbuh kembali.
D.
Pembabatan (Mowing)
Pembabatan
pada umumnya hanya efektif untuk mengendalikan gulma-gulma yang bersifat
setahun (annual) dan kurang efektif untuk gulma tahunan (perennial).
Efektivitas cara ini sangat ditentukan oleh saat dan interval pembabatan.
Pembabatan sebaiknya dilakukan pada saat daun gulma sedang tumbuh lebat,
menjelang berbunga dan sebelum membentuk biji.
E.
Pembakaran (Burning)
Pembakaran
merupakan salah satu cara mengendalikan gulma. Suhu kritis yang menyebabkan
kematian (Termodeash Point) pada sel adalah 45–55º C, tetapi biji yang kering
lebih tahan daripada tumbuhan yang hidup.
Sebenarnya
yang dimaksud dengan pembakaran adalah penggunaan api untuk pengendalian gulma
dengan alat pembakar (burner) seperti alat untuk mengelas, flame cultivator
atau weed burner yang menggunakan bahan bakar butane dan propone. Atau
pembakaran dengan memberikan panas dalam bentuk uap (sceaming), terutama dalam
usaha mematikan biji gulma pada tempat-tempat tertentu seperti pembuatan
bedengan.
F. Penggenangan
Bila
tersedia air, penggenangan dapat mengurangi pertumbuhan gulma. Cara ini biasa
digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma darat (terrestrial).
Penggenangan efektif untuk mengendalikan gulma tahunan. Caranya dengan membuat
galangan pembatas dengan tinggi genangan 15-25 cm selama 3–8 minggu. Sebagian
besar gulma tidak berkecambah pada kondisi anaerob.
Ø
PENGENDALIAN HAYATI
Pengendalian
hayati (biological control) adalah penggunaan biota untuk melawan biota.
Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup setiap usaha pengendalian
organisme pengganggu dengan tindakan yang didasarkan ilmu hayat (biologi).
Berdasarkan hal ini maka penggunaan Legum Cover Crops (LCC) kadang-kadang juga
dimasukkan sebagai pengendalian hayati.
Pengendalian
hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan menggunakan musuh-musuh
alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur dan sebagainya guna
menekan pertumbuhan gulma. Hal ini biasa ditujukan terhadap suatu species gulma
asing yang telah menyebar secara luas di suatu daerah. Pemberantasan gulma
secara total bukanlah tujuan pengendalian hayati karena dapat memusnahkan
agen-agen hayati yang lain.
A.
Pengendalian Alami dan Hayati
Berdasarkan
campur tangan yang terjadi maka dibedakan antara pengendalian alami dan
pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak pada ada atau tidaknya campur
tangan manusia dalam ekosistem. Dalam pengendalian alami disamping musuh alami
sebagai pengendali hayati masih ada iklim dan habitat sebagai faktor pengendali
non hayati. Sedang pada pengendalian hayati ada campur tangan manusia yang
mengelola gulma dengan memanipulasi musuh alaminya.
Pengendalian
hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus paling sulit
dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi dan serangkaian test
dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu organ pengendali
hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma. Dasar pengendalian
hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh alami yang mampu menekan
beberapa species gulma.
B.
Musuh–musuh Alami Gulma
Ada
beberapa syarat utama yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat digunakan
sebagai pengendali alami :
1.
Makhluk tersebut tidak merusak tanaman budidaya atau jenis tanaman pertanian
lainnya, meskipun tanaman inangnya tidak ada.
2. Siklus
hidupnya menyerupai tumbuhan inangnya, misalnya populasi makhluk ini akan
meningkat jika populasi gulmanya juga meningkat.
3. Harus
mampu mematikan gulma atau paling tidak mencegah gulma membentuk
biji/berkembang biak.
4. Mampu
berkembang biak dan menyebar ke daerah-daerah lain yang ditumbuhi inangnya.
5.
Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan lingkungan yang ditumbuhinya.
Ø PENGENDALIAN KULTUR TEKNIS
Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian
gulma dengan menggunakan praktek-praktek budidaya, antara lain :
- Penanaman jenis tanaman yang cocok dengan kondisi tanah.
- Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutup ruang kosong.
- Pemupukan yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing tanaman terhadap gulma.
- Pengaturaan waktu tanam dengan membiarkan gulma tumbuh terlebih dahulu kemudian dikendalikan dengan praktek budidaya tertentu.
- Penggunaan tanaman pesaing (competitive crops) yang tumbuh cepat dan berkanopi lebar sehingga memberi naungan dengan cepat pada daerah di bawahnya.
- Modifikasi lingkungan yang melibatkan pertumbuhan tanaman menjadi baik dan pertumbuhan gulma tertekan.
A. Rotasi Tanaman (Crop Rotation)
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman sebenarnya
bertujuan memanfaatkan tanah, air, sinar matahari dan waktu secara optimum
sehingga diperoleh hasil yang memadai. Dengan pergiliran tanaman maka pada
umumnya permukaan tanah akan selalu tertutup oleh naungan daun tanaman,
sehingga gulma tertekan.
B. Sistem Bertanam (Croping System)
Perubahan cara bertanam dari monokultur ke polikultur
(intercropping atau multiple croping) dapat mempengaruhi species gulma yang
tumbuh sehingga menimbulkan perbedaan interaksi dalam kompetisi.
Cara penanaman tumpang sari, tumpang gilir, tanaman
sela atau lainnya ternyata dapat menekan pertumbuhan gulma, karena gulma tidak
sempat tumbuh dan berkembang biak akibat sinar matahari serta tempat tumbuhnya
selalu terganggu.
C. Pengaturan Jarak Tanam (Crop Density)
Peningkatan kepadatan tanaman meningkatkan efek
naungan terhadap gulma sehingga mengurangi pertumbuhan dan reproduksinya.
Meskipun demikian pada jarak tanam yang sempit mungkin tanaman budidaya
memberikan hasil relatif kurang. Oleh sebab itu sebaiknya penanaman dilakukan
pada jarak tanam yang optimal.
D. Pemulsaan (Mulching)
Mulsa akan mempengaruhi cahaya yang akan sampai ke
permukaan tanah dan menyebabkan kecambah-kecambah gulma serta berbagai jenis
gulma dewasa mati. Disamping mempertahankan kelembaban tanah, mulsa akan
mempengaruhi temperatur tanah.
E. Tanaman Penutup Tanah (Legum Cover Crop-LCC)
Sering disebut tanaman pelengkap (smother crops) atau
tanaman pesaing (competitive crops). Sebagai tanaman penutup tanah biasa
digunakan tanaman kacang-kacangan (leguminosae) karena selain dapat tumbuh
secara cepat sehingga cepat menutup tanah tetapi dapat juga digunakan sebagai
pupuk hijau.
Sifat penting yang diperlukan bagi tanaman penutup
tanah adalah harus dapat tumbuh dan berkembang cepat sehingga mampu menekan
gulma. Jenis-jenis leguminosae yang biasa digunakan adalah Calopogonium
muconoides (CM), Calopogonium caerelum (CC), Centrosoma pubescens (CP) dan
Pueraria javanica (PJ).
Selain pertumbuhan cepat sifat lainnya yang
dikehendaki adalah tidak menyaingi tanaman pokok. Apabila pertumbuhannya
terlalu rapat maka harus dilakukan pengendalian dengan cara pembabatan atau
dibongkar untuk diganti dengan penutup tanah yang lainnya.
Penggunaan tanaman penutup tanah untuk mencegah
pertumbuhan gulma-gulma berbahaya (noxious) terutama golongan rumput merupakan
cara kultur teknis yang dipandang paling berhasil diperkebunan.
Ø PENGENDALIAN KIMIA
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia
tanpa mengganggu tanaman pokok dikenal dengan nama “Herbisida“.
Kelebihan dan keuntungan penggunaan herbisida dalam
pengendalian gulma antara lain:
- Herbisida dapat mengendalikan gulma yang tumbuh bersama tanaman budidaya yang sulit disaingi.
- Herbisida pre-emergence mampu mengendalikan gulma sejak awal.
- Pemakaian herbisida dapat mengurangi kerusakan akar dibandingkan pengerjaan tanah waktu menyiangi secara mekanis.
- Erosi dapat dikurangi dengan membiarkan gulma (rumput) tumbuh secara terbatas dengan pemakaian herbisida.
- Banyak gulma yang bersifat pohon lebih mudah dibasmi dengan herbisida.
- Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar.
- Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa.
Disamping kelebihan dan keuntungan, herbisida
mempunyai keurangan-kekurangan yang dapat merugikan, antara lain dapat
menimbulkan : Efek samping Species gulma yang resisten Polusi Residu dapat
meracuni tanaman.
Penggunaan herbisida yang berhasil sangat tergantung
akan kemampuannya untuk membasmi beberapa jenis gulma dan tidak membasmi
jenis-jenis lainnya (tanaman budidaya). Cara kerja yang selektif ini merupakan
faktor yang paling penting bagi keberhasilan suatu herbisida.
Ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilannya
atau selektifitas herbisida, yaitu :
Faktor Tanaman :
- Umur dan kecepatan pertumbuhan.
- Struktur luar seperti bentuk daun ( ukuran dan permukaan ), kedalaman akar, lokasi titik tumbuh, dll
- Struktur dalam seperti translokasi dan permeabilitas membran / jaringan
- Proses-proses biokimia seperti pengaktifan enzim, herbisida, dll
Faktor Herbisidanya :
- Struktur
- Konsentrasi
- Formulasi (cair atau granular)
Faktor Lingkungan :
- Temperatur,
- Cahaya,
- Hujan,
- Faktor-faktor tanah
Cara Pemakaian/Aplikasi :
- Tipe herbisida (digunakan ke tanah, ke tanaman),
- Volume penyemprotan,
- Ukuran butiran semprotan,
- Waktu penyemprotan.
Persilangan dihibrid
Persilangan
dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan
hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau
pengelompokan gen secara bebas.
Hukum ini
berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke
masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum
asortasi.
Mendel
menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat
beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut,
K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau.
Jika
tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut
hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1
ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam
gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk.
Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam
fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16
kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua
lainnya merupakan fariasi baru.
Perbandingan fenotip yang di
hasilkan dari perkawinan dihibrid dominasi penuh adalah 9:3:3:1
Epistasis
domian-resesif
Epistasis
dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis
terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari
pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I. Epistasis ini
menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F2.
Contoh
peristiwa epistasis dominan-resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu
ayam ras. Dalam hal ini terdapat pasangan gen I, yang menghalangi pigmentasi,
dan alelnya, i, yang tidak menghalangi pigmentasi. Selain itu, terdapat gen C,
yang menimbulkan pigmentasi, dan alelnya, c, yang tidak menimbulkan pigmentasi.
Gen I dominan terhadap C dan c, sedangkan gen c dominan terhadap I dan i.
P
: IICC x iicc
putih
putih
ê
F1
: IiCc
putih
F2
: 9 I-C- putih
3
I-cc putih putih : berwarna = 13 : 3
3
iiC- berwarna
1
iicc putih
Langganan:
Postingan (Atom)