Selasa, 19 Maret 2013

Sertifikasi benih

Sertifikasibenihbertujuanuntukmemeliharakemurniandanmutubenihdarivarietasunggulsertamennyediakanscarakontiyukepadapetani.Sertivikasibenihdimaksutsebagaipelayananterhadapprodusen, penangkarbenihdanpedagangbenih.
Sutu varietasdapatdisertifikasibilatelahdianjurkanoleh team penilaiandanpelepasvarietasdariBadanNasionaldandisetujuiolehmenteri.Benihbinaadalahjenistanaman yang benihnyasudahditetapkanuntukdiaturdandiawasidalampemasaranyaberdasarkanperaturan yang berlaku.
Ada 4 macamsertifikasibenihyaitusebagaiuberikut.
1. Benihpenjenis (Breeder seed) :adalahbenih yang diproduksidandibawahpengawasanpemuliatanamanatauinstansinyadanharusmerupakanperbanyakanbenihdasar
2. Benihdasar (Foundation seed) :adalahketurunanpertamadaribenihpenjenisataubenihteras, yang diproduksidibawahbimbingan yang intensifdanpengawasanketatsehinggakemurnianvarietas yang tinggidapatdipelihara. BenihdasardiproduksiolehLemnbagaPusatPenelitianPertanian (LP3) cabangsukamadi
3.BenihPokok (Stock seed) :adalahketurunandaribenihdasar yang diproduksidandipeliharasedemikianrupasehinggaidentitasdankemurnianvarietas yang ditetapkandapatdipeliharadanmemenuhistandartmutu yang telahditetapkandandisertifikasisebagaibenihpokokolehDinasPengawasandanSertifikasiBenih.
4. Benihdasar (Extention seed) :adalahketurunandaribenihpokok yang dapatdisenarluaskanpadaparapetanipenangkarbenihdibawahpengawasandinaspertanian.

PENGENDALIAN GULMA



Ø  PENGENDALIAN GULMA
Pengertian dari pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan (eradication). Pengendalian gulma (weed control) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien.
Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan atau mengurangi populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomik atau tidak melampaui ambang ekonomik (economic threshold), sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol.
Sedangkan pemberantasan merupakan usaha mematikan seluruh gulma yang ada baik yang sedang tumbuh maupun alat-alat reproduksinya, sehingga populasi gulma sedapat mungkin ditekan sampai nol. Pemberantasan gulma mungkin baik bila dilakukan pada areal yang sempit dan tidak miring, sebab pada areal yang luas cara ini merupakan sesuatu yang mahal dan pada tanah miring kemungkinan besar menimbulkan erosi. Eradikasi pada umumnya hanya dilakukan terhadap gulma-gulma yang sangat merugikan dan pada tempat-tempat tertentu.
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok.
Pelaksanaan pengendalian gulma hendaknya didasari dengan pengetahuan yang cukup mengenai gulma yang bersangkutan. Apakah gulma tersebut bersiklus hidup annual, biennial ataupun perennial, bagaimana berkembang biaknya, bagaimana sistem penyebarannya, bagaimana dapat beradaptasi dengan lingkungan dan dimana saja distribusinya, bagaimana bereaksi terhadap perubahan lingkungan dan bagaimana tanggapannya terhadap perlakuan-perlakuan tertentu termasuk penggunaan zat–zat kimia berupa herbisida.
Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanannya di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis) dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya.
Terdapat beberapa metode/cara pengendalian gulma yang dapat dipraktekkan di lapangan. Sebelum melakukan tindakan pengendalian gulma sangat penting mengetahui cara-cara pengendalian guna memilih cara yang paling tepat untuk suatu jenis tanaman budidaya dan gulma yang tumbuh disuatu daerah.
Teknik pengendalian yang tersedia adalah :
1. Pengendalian dengan upaya preventif (pembuatan peraturan/perundangan, karantina, sanitasi dan peniadaan sumber invasi). Untuk lebih jelasnya
2. Pengendalian secara mekanis/fisik (pengerjaan tanah, penyiangan, pencabutan, pembabatan, penggenangan dan pembakaran). Untuk lebih jelasnya
3. Pengendalian secara kultur–teknis (penggunaan jenis unggul terhadap gulma, pemilihan saat tanam, cara tanam-perapatan jarak tanam/heavy seeding, tanaman sela, rotasi tanaman dan penggunaan mulsa). Untuk lebih jelasnya
4. Pengendalian secara hayati (pengadaan musuh alami, manipulasi musuh alami dan pengolahan musuh alami yang ada disuatu daerah). Untuk lebih jelasnya
5. Pengendalian secara kimiawi (herbisida dengan berbagai formulasi, surfaktan, alat aflikasi dsb). Untuk lebih jelas nya
6. Pengendalian dengan upaya memamfaatkannya (untuk berbagai keperluan seperti sayur, bumbu, bahan obat, penyegar, bahan kertas/karton, biogas pupuk, bahan kerajinan dan makanan ternak).
Ø  ENGENDALIAN SECARA PREVENTIF
Tindakan paling dini dalam upaya menghindari kerugian akibat invasi gulma adalah pencegahan (preventif). Pencegahan dimaksud untuk mengurangi pertumbuhan gulma agar usaha pengendalian sedapat mungkin dikurangi atau ditiadakan.
Pencegahan sebenarnya merupakan langkah yang paling tepat karena kerugian yang sesungguhnya pada tanaman budidaya belum terjadi. Pencegahan biasanya lebih murah, namun demikian tidak selalu lebih mudah. Pengetahuan tentang cara-cara penyebaran gulma sangat penting jika hendak melakukan dengan tepat.
A. Peniadaan Sumber Invasi dan Sanitasi
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk meniadakan sumber invasi adalah :
  1. Menggunakan biji tanaman yang bersih dan tidak tercampur biji lain terutama biji-biji gulma.
  2. Menghindari penggunaan pupuk kandang yang belum matang.
  3. Membersihkan tanah-tanah yang berasal dari tempat lain, tubuh dan kaki ternak dari biji-biji gulma.
  4. Mencegah pengangkutan tanaman beserta tanahnya dari tempat-tempat lain, karena pada bongkahan tanah tersebut kemungkinan mengandung biji-biji gulma.
  5. Pembersihan gulma dipinggir-pinggir sungai dan saluran air.
  6. Menyaring air pengairan agar tidak membawa biji-biji gulma ke petak-petak pertanaman yang diairi.
B. Karantina Tumbuhan
Karantina tumbuhan bertujuan mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan lewat perantaraan lalu-lintas/perdagangan. Karantina tumbuhan merupakan cara pengendalian tidak langsung dan relatif paling murah
Ø  PENGENDALIAN MEKANIS
Pengendalian mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian-bagian sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat. Teknik pengendalian mekanis hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik. Dalam praktek dilakukan secara tradisional dengan tangan, dengan alat sederhana sampai penggunaan alat berat yang lebih modern.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih peralatan untuk digunakan dalam pengendalian gulma adalah sistem perakaran, umur tanaman, kedalaman dan penyebaran sistem perakaran, umur dan luas infestasi, tipe tanah, topografi, serta kondisi cuaca/iklim.
A. Pengolahan Tanah (Land Preparation)
Pengolahan tanah dengan alat-alat seperti cangkul, bajak, garu, traktor dan sebagainya, pada umumnya berfungsi untuk mengendalikan gulma.
Pengolahan tanah pada prinsipnya melepaskan ikatan antara gulma dengan media tempat tumbuhnya. Efektivitas pengolahan tanah dalam pengendalian gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup gulma dan tanamannya, dalam dan penyebaran perakaran, lama dan luasnya infestasi, macam tanaman yang dibudidayakan, jenis tanah, topografi dan iklim.
B. Penyiangan (Weeding)
Penyiangan yang tepat biasanya dilakukan pada saat pertumbuhan aktif dari gulma. Penundaan sampai gulma berbunga mungkin tak hanya gagal membongkar akar gulma secara maksimum, tetapi juga gagal mencegah tumbuhnya biji-biji gulma yang viabel sehingga memberi kesempatan untuk perkembangbiakan dan penyebarannya.
Penyiangan sesudah gulma dewasa akan banyak membongkar akar tanaman dan menimbulkan kerusakan fisik. Sedang penyiangan yang terlalu sering akan menimbulkan kerusakan akar tanaman pokok
C. Pencabutan (Hand Pulling)
Pencabutan dengan tangan ditujukan untuk gulma annual dan biennial. Pelaksanaan pencabutan gulma terbaik adalah pada saat sebelum pembentukan biji, sedang pencabutan pada saat gulma sudah dewasa mengakibatkan kemungkinan adanya bagian bawah gulma yang tidak tercabut sehingga tumbuh kembali.
D. Pembabatan (Mowing)
Pembabatan pada umumnya hanya efektif untuk mengendalikan gulma-gulma yang bersifat setahun (annual) dan kurang efektif untuk gulma tahunan (perennial). Efektivitas cara ini sangat ditentukan oleh saat dan interval pembabatan. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada saat daun gulma sedang tumbuh lebat, menjelang berbunga dan sebelum membentuk biji.
E. Pembakaran (Burning)
Pembakaran merupakan salah satu cara mengendalikan gulma. Suhu kritis yang menyebabkan kematian (Termodeash Point) pada sel adalah 45–55º C, tetapi biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhan yang hidup.
Sebenarnya yang dimaksud dengan pembakaran adalah penggunaan api untuk pengendalian gulma dengan alat pembakar (burner) seperti alat untuk mengelas, flame cultivator atau weed burner yang menggunakan bahan bakar butane dan propone. Atau pembakaran dengan memberikan panas dalam bentuk uap (sceaming), terutama dalam usaha mematikan biji gulma pada tempat-tempat tertentu seperti pembuatan bedengan.
F. Penggenangan
Bila tersedia air, penggenangan dapat mengurangi pertumbuhan gulma. Cara ini biasa digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma darat (terrestrial). Penggenangan efektif untuk mengendalikan gulma tahunan. Caranya dengan membuat galangan pembatas dengan tinggi genangan 15-25 cm selama 3–8 minggu. Sebagian besar gulma tidak berkecambah pada kondisi anaerob.
Ø  PENGENDALIAN HAYATI
Pengendalian hayati (biological control) adalah penggunaan biota untuk melawan biota. Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup setiap usaha pengendalian organisme pengganggu dengan tindakan yang didasarkan ilmu hayat (biologi). Berdasarkan hal ini maka penggunaan Legum Cover Crops (LCC) kadang-kadang juga dimasukkan sebagai pengendalian hayati.
Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur dan sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma. Hal ini biasa ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas di suatu daerah. Pemberantasan gulma secara total bukanlah tujuan pengendalian hayati karena dapat memusnahkan agen-agen hayati yang lain.
A. Pengendalian Alami dan Hayati
Berdasarkan campur tangan yang terjadi maka dibedakan antara pengendalian alami dan pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak pada ada atau tidaknya campur tangan manusia dalam ekosistem. Dalam pengendalian alami disamping musuh alami sebagai pengendali hayati masih ada iklim dan habitat sebagai faktor pengendali non hayati. Sedang pada pengendalian hayati ada campur tangan manusia yang mengelola gulma dengan memanipulasi musuh alaminya.
Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus paling sulit dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi dan serangkaian test dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu organ pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma. Dasar pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh alami yang mampu menekan beberapa species gulma.


B. Musuh–musuh Alami Gulma
Ada beberapa syarat utama yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat digunakan sebagai pengendali alami :
1. Makhluk tersebut tidak merusak tanaman budidaya atau jenis tanaman pertanian lainnya, meskipun tanaman inangnya tidak ada.
2. Siklus hidupnya menyerupai tumbuhan inangnya, misalnya populasi makhluk ini akan meningkat jika populasi gulmanya juga meningkat.
3. Harus mampu mematikan gulma atau paling tidak mencegah gulma membentuk biji/berkembang biak.
4. Mampu berkembang biak dan menyebar ke daerah-daerah lain yang ditumbuhi inangnya.
5. Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan lingkungan yang ditumbuhinya.
Ø  PENGENDALIAN KULTUR TEKNIS
Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian gulma dengan menggunakan praktek-praktek budidaya, antara lain :
  1. Penanaman jenis tanaman yang cocok dengan kondisi tanah.
  2. Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutup ruang kosong.
  3. Pemupukan yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing tanaman terhadap gulma.
  4. Pengaturaan waktu tanam dengan membiarkan gulma tumbuh terlebih dahulu kemudian dikendalikan dengan praktek budidaya tertentu.
  5. Penggunaan tanaman pesaing (competitive crops) yang tumbuh cepat dan berkanopi lebar sehingga memberi naungan dengan cepat pada daerah di bawahnya.
  6. Modifikasi lingkungan yang melibatkan pertumbuhan tanaman menjadi baik dan pertumbuhan gulma tertekan.
A. Rotasi Tanaman (Crop Rotation)
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman sebenarnya bertujuan memanfaatkan tanah, air, sinar matahari dan waktu secara optimum sehingga diperoleh hasil yang memadai. Dengan pergiliran tanaman maka pada umumnya permukaan tanah akan selalu tertutup oleh naungan daun tanaman, sehingga gulma tertekan.
B. Sistem Bertanam (Croping System)
Perubahan cara bertanam dari monokultur ke polikultur (intercropping atau multiple croping) dapat mempengaruhi species gulma yang tumbuh sehingga menimbulkan perbedaan interaksi dalam kompetisi.
Cara penanaman tumpang sari, tumpang gilir, tanaman sela atau lainnya ternyata dapat menekan pertumbuhan gulma, karena gulma tidak sempat tumbuh dan berkembang biak akibat sinar matahari serta tempat tumbuhnya selalu terganggu.
C. Pengaturan Jarak Tanam (Crop Density)
Peningkatan kepadatan tanaman meningkatkan efek naungan terhadap gulma sehingga mengurangi pertumbuhan dan reproduksinya. Meskipun demikian pada jarak tanam yang sempit mungkin tanaman budidaya memberikan hasil relatif kurang. Oleh sebab itu sebaiknya penanaman dilakukan pada jarak tanam yang optimal.
D. Pemulsaan (Mulching)
Mulsa akan mempengaruhi cahaya yang akan sampai ke permukaan tanah dan menyebabkan kecambah-kecambah gulma serta berbagai jenis gulma dewasa mati. Disamping mempertahankan kelembaban tanah, mulsa akan mempengaruhi temperatur tanah.
E. Tanaman Penutup Tanah (Legum Cover Crop-LCC)
Sering disebut tanaman pelengkap (smother crops) atau tanaman pesaing (competitive crops). Sebagai tanaman penutup tanah biasa digunakan tanaman kacang-kacangan (leguminosae) karena selain dapat tumbuh secara cepat sehingga cepat menutup tanah tetapi dapat juga digunakan sebagai pupuk hijau.
Sifat penting yang diperlukan bagi tanaman penutup tanah adalah harus dapat tumbuh dan berkembang cepat sehingga mampu menekan gulma. Jenis-jenis leguminosae yang biasa digunakan adalah Calopogonium muconoides (CM), Calopogonium caerelum (CC), Centrosoma pubescens (CP) dan Pueraria javanica (PJ).
Selain pertumbuhan cepat sifat lainnya yang dikehendaki adalah tidak menyaingi tanaman pokok. Apabila pertumbuhannya terlalu rapat maka harus dilakukan pengendalian dengan cara pembabatan atau dibongkar untuk diganti dengan penutup tanah yang lainnya.
Penggunaan tanaman penutup tanah untuk mencegah pertumbuhan gulma-gulma berbahaya (noxious) terutama golongan rumput merupakan cara kultur teknis yang dipandang paling berhasil diperkebunan.
Ø  PENGENDALIAN KIMIA
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia tanpa mengganggu tanaman pokok dikenal dengan nama “Herbisida“.
Kelebihan dan keuntungan penggunaan herbisida dalam pengendalian gulma antara lain:
  1. Herbisida dapat mengendalikan gulma yang tumbuh bersama tanaman budidaya yang sulit disaingi.
  2. Herbisida pre-emergence mampu mengendalikan gulma sejak awal.
  3. Pemakaian herbisida dapat mengurangi kerusakan akar dibandingkan pengerjaan tanah waktu menyiangi secara mekanis.
  4. Erosi dapat dikurangi dengan membiarkan gulma (rumput) tumbuh secara terbatas dengan pemakaian herbisida.
  5. Banyak gulma yang bersifat pohon lebih mudah dibasmi dengan herbisida.
  6. Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar.
  7. Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa.
Disamping kelebihan dan keuntungan, herbisida mempunyai keurangan-kekurangan yang dapat merugikan, antara lain dapat menimbulkan : Efek samping Species gulma yang resisten Polusi Residu dapat meracuni tanaman.
Penggunaan herbisida yang berhasil sangat tergantung akan kemampuannya untuk membasmi beberapa jenis gulma dan tidak membasmi jenis-jenis lainnya (tanaman budidaya). Cara kerja yang selektif ini merupakan faktor yang paling penting bagi keberhasilan suatu herbisida.
Ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilannya atau selektifitas herbisida, yaitu :
Faktor Tanaman :
  1. Umur dan kecepatan pertumbuhan.
  2. Struktur luar seperti bentuk daun ( ukuran dan permukaan ), kedalaman akar, lokasi titik tumbuh, dll
  3. Struktur dalam seperti translokasi dan permeabilitas membran / jaringan
  4. Proses-proses biokimia seperti pengaktifan enzim, herbisida, dll
Faktor Herbisidanya :
  1. Struktur
  2. Konsentrasi
  3. Formulasi (cair atau granular)
Faktor Lingkungan :
  1. Temperatur,
  2. Cahaya,
  3. Hujan,
  4. Faktor-faktor tanah
Cara Pemakaian/Aplikasi :
  1. Tipe herbisida (digunakan ke tanah, ke tanaman),
  2. Volume penyemprotan,
  3. Ukuran butiran semprotan,
  4. Waktu penyemprotan.

Persilangan dihibrid


Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas.
Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi.
Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau.
Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru.
Perbandingan fenotip yang di hasilkan dari perkawinan dihibrid dominasi penuh adalah 9:3:3:1
Epistasis domian-resesif
Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F2.
Contoh peristiwa epistasis dominan-resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu ayam ras. Dalam hal ini terdapat pasangan gen I, yang menghalangi pigmentasi, dan alelnya, i, yang tidak menghalangi pigmentasi. Selain itu, terdapat gen C, yang menimbulkan pigmentasi, dan alelnya, c, yang tidak menimbulkan pigmentasi. Gen I dominan terhadap C dan c, sedangkan gen c dominan terhadap I dan i.
P : IICC x iicc
putih putih
ê
F1 : IiCc
putih
F2 : 9 I-C- putih
3 I-cc putih putih : berwarna = 13 : 3
3 iiC- berwarna
1 iicc putih